KONSEP TERAPI ASOSIASI BEBAS
Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.
Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.
TEKNIK TERAPI ASOSIASI BEBAS
Asosiasi bebas sebagai teknik
utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free
association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi
yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam
mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi,
berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda,
dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas
merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau
dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu,
yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari
peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta
motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk
mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam
bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia
rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis
masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan
dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk
dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat
asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk
mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres,
memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari
perilaku yang tidak disadari).
UNSUR-UNSUR TERAPI ASOSIASI BEBAS
A. Tujuan Terapi
1. Membentuk kembali struktur
karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri
klien
2. Fokus pada upaya mengalami
kembali pengalaman masa anak-anak pada diri klien
B. Peran Terapis Kepada Klien
1. Membangun hubungan kerja
dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
2. Terapis memberikan perhatian
khusus pada penolakan-penolakan klien
3. Mendengarkan
kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien
SUMBER REFERENSI
Suryabrata, Sumadi. (2010).
Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Corey, Gerald. (2007). Teori
dan Praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Basuki, Heru. (2008).
Psikologi umum. Jakarta: Gunadarma.