Selasa, 09 Juni 2015

TERAPI ASOSIASI BEBAS

Asosiasi bebas adalah teknik yang digunakan dalam terapi psikoanalisis. Teknik ini menuntut klien untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya dengan leluasa, tanpa perlu berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan penuh arti. Teknik ini dikembangkan oleh Sigmund Freud setelah mempelajari teknik baru yang telah digunakan oleh teman dan koleganya yakni Dr. Joseph Breuer dalam merawat klien kasus histeria. terapi psikoanalisa menggunakan asosiasi bebas untuk mengungkap alam bawah sadar klien terhadap suatu perilaku yang dianggap klien mengganggu atau yang menurut orang lain menyimpang.

KONSEP TERAPI ASOSIASI BEBAS
Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.
Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.


TEKNIK TERAPI ASOSIASI BEBAS
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).

UNSUR-UNSUR TERAPI ASOSIASI BEBAS
A. Tujuan Terapi 
1. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
2. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak pada diri klien

B. Peran Terapis Kepada Klien
1. Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
2. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
3. Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien



SUMBER REFERENSI
Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Basuki, Heru. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Gunadarma.