“PAHLAWAN
KEHIDUPAN DIBALIK JAS PUTIH”
Setiap
yang melekat pada orang yang memiliki profesi tertentu, pasti ada kegunaan dan
tujuannya. Dalam hal ini dokter pun demikian. Mulai adanya perlengkapan medis
yang dibawa dalam tas hingga apa yang menempel pada badan si dokter, seperti
jas dokter. Jas ini digunakan bukan tanpa sebab atau hanya supaya terlihat keren
saja.
Jas
dokter berwarna putih melambangkan kebersihan. Sedangkan kebersihan adalah
sesuatu yang sangat berkaitan erat dengan kesehatan. Dengan dokter yang
menggunakan jas putih, maka akan terbentuk citra diri bahwa dokter adalah
lambang dari kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
Penyalahgunaan
pengunaan seragam atau atribut sering kali dilakukan oleh beberapa oknum
penting di negri ini. Salah satunya adalah dokter. Profesi yang dianggap tinggi
di Indonesia ini beberapa kali tercoreng oleh pemakainya. Dokter yang umumnya ‘malaikat
penentu hidup dibalik jubah putihnya’ sering kali melakukan kesalahan dalam
praktek pengobatannya.
Dalam
psikologi hal tersebut dikategorikan sebagai presepsi. Menurut Chaplin (2008)
dalam kamus psikologi, presepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali
objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Proses perceptual dimulai
dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Faktor-faktor
perangsang yang penting dalam perbuatan memperhatikan ini ialah perubahan,
intensitas, ulangan, kontras, dan gerak.
Malpraktek
merupakan faktor terbesar yang memicu penyalahgunaan seragam atau atribut
seorang dokter. Contohnya saja kasus malpraktek yang terjadi di Surabaya pada
tahun 2012. Malpraktek ini terjadi pada seorang wanita yang ingin melahirkan
dan menjalani operasi caesar dan berbahagia dengan kelahiran bayi pertamanya
malah berujung maut.
Kesalahan
diagnosis sang dokter membuat wanita berumur 22 tahun itu berujung malapetaka. Iya
bahkan tak sempat melihat dan menggendong sang bayi pertama yang dinanti
nantinya. Operasi caesar yang telah dilakukan malah menyebabkan Ia mengalami
infeksi pada saluran urin dan kemudian menjalar ke otak lalu mengalami koma dan
berujung kematian.
Hal
ini mengajarkan kita untuk berhati-hati tentang presepsi kita kepada seorang
Dokter. Dokter yang umumnya dianggap sebagai pahlawan kehidupan bagi kita
rakyat umum yang membutuhkan pertolongannya bukan berarti kita harus mempercayai
diagnosisnya 100 %. Pentingnya informasi dan wawasan yang kita miliki sangat
berpengaruh agar kita tidak menjadi korban pembodohan malpraktek dari seorang
dokter. Sangat tidak dianjurkan juga untuk kita memberi kepercayaan penuh
kepadanya agar kasus malpraktek yang berujung kematian ini tidak lagi terjadi/.
Pengertian
dari presepsi sebelumnya dapat dibuat kesimpulan bahwa setiap orang mempunyai
presepsi yang berbeda-beda. Hal tersebut didasarkan dari informasi yang Ia
terima. Cara memandang dan menilai sesuatu hal segalanya dikembalikan kedalam
pribadi masing-masing. Karena tidak semua yang kita lihat berdasarkan pandangan
dari luar sesuai dengan pribadi orang yang kita lihat.